Selesai dengan Diri Sendiri: Fondasi Sebelum Menjadi Siapa-Siapa
Dalam perjalanan hidup, banyak orang sibuk mengejar pencapaian, popularitas, dan simbol kesuksesan. Tapi ada satu hal penting yang sering dilupakan: apakah kita sudah selesai dengan diri sendiri?
Ada ungkapan yang cukup keras namun jujur:
“Mereka yang masih memerlukan pujian, ia belum beres dengan dirinya. Mereka yang lebih memilih menangis di mobil mewah daripada tertawa dalam kesederhanaan, ia belum beres dengan dirinya. Dan mereka yang belum beres dengan dirinya, belum layak menjadi apa-apa.”
Kalimat ini menyentuh titik terdalam dalam pencarian jati diri dan kedewasaan spiritual. Mari kita pahami maknanya satu per satu.
1. Ketika Pujian Masih Menjadi Kebutuhan
Pujian memang nikmat. Tapi ketika seseorang haus akan pujian, itu tanda bahwa ia belum benar-benar memahami nilai dirinya. Ia masih mencari validasi dari luar untuk merasa berharga. Ia belum merasa cukup tanpa tepuk tangan.
Padahal, mereka yang telah selesai dengan dirinya akan tenang meskipun tak dipuji, dan tetap tegar meskipun dikritik, karena mereka mengenali dirinya—bukan berdasarkan penilaian manusia, tapi dari pandangan Tuhan.
Kematangan hati terletak pada kemampuan berdiri kokoh meski dunia diam.
2. Antara Mobil Mewah dan Tawa dalam Kesederhanaan
Ada yang bilang, “Lebih baik menangis di dalam mobil mewah daripada tertawa dalam rumah sederhana.” Tapi pernyataan ini hanya benar jika kebahagiaan diukur dari kemasan luar.
Nyatanya, banyak orang yang hidup dalam kemewahan justru tidak bahagia. Mereka tersenyum di luar tapi hancur di dalam. Mereka mencari arti hidup melalui benda, tapi tak pernah menemukannya.
Jika seseorang memilih kemewahan walau batinnya menangis, itu tanda ia belum berdamai dengan dirinya. Ia masih menggantungkan nilai dirinya pada status, bukan pada makna.
3. Belum Selesai, Belum Layak Menjadi Apa-Apa
Menjadi “seseorang” di mata manusia—pemimpin, panutan, tokoh—itu mudah. Tapi menjadi jiwa yang utuh adalah perkara lain. Seseorang yang belum selesai dengan luka, dengan ego, dengan kebingungan batin—akan mudah hancur saat di atas.
Ia belum layak memimpin orang lain jika belum mampu memimpin dirinya sendiri.
Sebab untuk menjadi siapa-siapa, kita harus lebih dulu menjadi ‘manusia’ yang utuh di hadapan Tuhan.
Lalu, Apa Artinya Selesai dengan Diri Sendiri?
- Selesai bukan berarti sempurna.
- Selesai berarti mengenali kekurangan tanpa membenci diri sendiri.
- Selesai berarti tidak bergantung pada pengakuan, tapi tetap rendah hati dalam pencapaian.
- Selesai berarti menjadikan Allah sebagai pusat nilai, bukan dunia dan manusia.
Penutup: Tenanglah, Selesaikan Dulu dengan Dirimu
Hidup ini bukan perlombaan menjadi terkenal, kaya, atau diakui. Hidup ini adalah perjalanan untuk mengenali diri, membersihkan hati, dan berserah pada Ilahi.
Karena mereka yang sudah selesai dengan dirinya, akan tetap kokoh meski dunia runtuh. Dan mereka yang belum selesai, akan tetap rapuh meski dunia tunduk padanya.
Sebelum menjadi siapa-siapa di mata manusia, pastikan engkau telah menjadi pribadi yang utuh di hadapan Tuhan.
By: Andik Irawan